Wednesday, 10 May 2017

Cara rasullullah merawat jerawat....


Sebelum obat-obat jerawat modern hadir, pada zaman dahulu Rasulullah telah mengajarkan pada istri-istrinya mengenai cara pengubatan jerawat secara alami. Seperti yang telah termaktub dalam kisah, sebagaimana kidah tersebut adalah:
Istri-istri nabi bercerita, pada suatu hari Rasulullah SAW menemui mereka. Rasulullah kemudian melihat di antara jari mereka tumbuh semacam jerawat. Rasulullah lantas bertanya, “Engkau punya minyak wangi dzarirah?.” Mereka pun menjawab punya. Lantas Rasulullah berkata, “Bubuhkan di jerawatmu itu seraya membaca doa, ‘Ya Allah yang mengecilkan yang besar dan membesarkan yang kecil, kecilkanlah jerawatku ini’.”
Hadits yang diakui oleh Adz-Dzahabi di atas dikeluarkan oleh Al-Hakim.
Adz-Dzahabi mengatakan bahwa sanad dari hadits ini shahih, meskipun Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak mengeluarkan hadits tersebut. Sedangkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim telah diriwayatkan, bahwa Siti Aisyah menceritakan bahwa dirinya yang tengah memegang minyak wangi dzarirah membubuhi minyak itu kepada Rasulullah. Yang mana peristiwa itu terjadi pada hajjatul wada’ (haji perpisahan) untuk melakukan tahallul (mencukur rambut) dan ihram.
Dari hadits dan penjelasan tersebut ternyata Rasulullah SAW. telah mengajarkan bagaimana menyembuhkan jerawat sebelum obat-obat dan cara modern bermunculan, di mana menyembuhkan jerawat menggunakan Minyak Wangi Dzarirah.
Meskipun minyak wangi dzarirah memiliki efek yang tidak se-instan penyembuhan zaman modern, namun penyembuhan ini terbukti ampuh dan telah digunakan Rasulullah. Minyak wangi dzarirah adalah berasal dari sari batang dzarirah. Minyak wangi dzarirah adalah wewangian yang memiliki sifat panas dan keirng sehingga berguna untuk menyembuhkan jerawat atau mematangkan jerawat dan bisul. Adapun penggunaannya sangat sederhana. Yaitu, lakukan sebelum tidur dengan terlebih dahulu membersihkan wajah menggunakan air bersih atau sabun muka ber-PH rendah. Kemudian mengoleskannya pada jerawat. Tidur dengan posisi nyaman dan jangan banyak bergerak agar wangi dzarirah tetap menempel pada jerawat. Kemudian setelah bangun di pagi hari bersihkan wajah menggunakan air bersih.
Selain minyak wangi dzarirah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Untuk mengobati jerawat. Maka air wudhu pun dipercaya oleh banyak orang mampu mencegah atau menyembuhkan jerawat. Hal tersebut cukup masuk akal jika kita mengingat salah satu penyebab jerawat adalah bakteri dan kotoran yang menyumbat. Maka dengan berwudhu kita dapat senantiasa membersihkan wajah dari kotoran.
Image may contain: plant, grass, flower, nature and outdoor

Rahasia kecantikan istri dari Rasulullah SAW

Buat wanita muslimah, bolehlah mencontohi rahasia kecantikan istri dari Rasulullah SAW yaitu Siti Aisyah ra. Rahasianya, Aisyah ra cuma menggunakan mentimun dan kurma basah untuk menjaga penampilannya agar memiliki tubuh yang ideal.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist, "Aisyah RA berkata: Ibuku mengobatiku agar aku kelihatan gemuk, saat dia hendak mempertemukan aku dengan Rasulullah SAW dan usaha itu tidak membuahkan hasil sehingga aku memakan mentimun dengan kurma basah. Kemudian aku menjadi gemuk dengan bentuk yang ideal". (HR Ibnu Majah).
Rasulullah SAW pun pernah menggunakan cara ini untuk menjaga kesehatannya.
Disebutkan dalam hadist, Abdullah bin Ja'far mengatakan; untuk menjaga kesehatannya, Rasulullah SAW suka makan mentimun dicampur dengan kurma. Kisah ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam salah satu haditsnya.
"Sesungguhnya Rasulullah SAW memakan mentimun dengan kurma masak" (HR Tirmidzi).
[Dikutip dari buku pintar kedokteran nabi karya Ibnu Qoyyim al-jauziyah hal-431, terbitan PT Fathan Prima Media]
Nah, untuk tampil menawan dengan memiliki tubuh yang ideal tak perlu dengan biaya yang mahal. Dengan cara yang telah dicontohkan oleh Aisyah ra, maka anda sudah bisa memiliki tubuh yang sehat dan ideal. Tapi ingat! Kecantikan seorang wanita muslimah bukan untuk dipamer atau dipertontonkan kepada bukan mahramnya. Bagaimana pun juga seorang wanita muslimah wajib untuk menutup aurat, karena itulah kecantikan yang sesungguhnya dihadapan Allah SWT.
Berikut ini manfaat mentimun dan kurma basah untuk kecantikan dan kesehatan wanita.
Manfaat mentimun untuk kecantikan kulit:
Mentimun dapat mengurangi lingkaran hitam pada mataMentimun mempunyai kekuatan yang cepat dan aman saat mengurangi lingkaran hitam pada mata. Mentimun mempunyai kandungan antioksidan serta silika yang berkhasiat untuk meremajakan dan membuat kulit halus dan lembut.
Mentimun dapat mengurangi bengkak pada kantung mataMentimun mempunyai kandungan asam askorbat yang berkhasiat untuk mengurangi retensi air hingga bisa mengurangi pembengkakan pada mata.
Mentimun dapat mengurangi bitik hitamCahaya matahari bisa mengakibatkan bintik-bintik hitam pada kulit. Mentimun bisa dipakai sebagai tonik yaitu dengan cara memarut dan mengoleskannya pada seluruh sisi muka dan leher. Khasiat parutan mentimun ini bisa mengurangi timbulnya bintik-bintik hitam pada kulit.
Mentimun bisa meremajakan kulitKhasiat umum mentimun yaitu dapat meremajakan kulit. Mentimun dapat digunakan sebagai masker untuk menjadikan kulit lebih halus dan lembut.
Mentimun berkhasiat untuk perawatan sunburn atau terbakar matahariBila kita berada di bawah matahari dengan jangka waktu yang cukup lama maka mengakibatkan kulit terbakar. Dampak pendingin yang didapatkan dari mentimun merupakan langkah alami dan lembut untuk menjadikan kulit seperti semula dan mempercepat sistem pengobatan.
Mentimun berkhasiat untuk mengencangkan pori-pori yang terbukaKita bisa membuat toner dari campuran mentimun dengan sari cuka apel, perasan lemon, putih telur, sari lidah buaya dan tomat untuk mengencangkan dan menutupi pori-pori yang terbuka.
Manfaat kurma untuk kesehatan wanita:
Menguatkan rahim seorang wanitaJenis kurma kering (tamr) berkhasiat untuk menguatkan sel-sel usus sekaligus melancarkan saluran kencing. Zat gizi dalam buah kurma juga berguna bagi wanita hamil yang akan melahirkan karena dapat membantu mengontrol laju gerak usus dan menguatkan rahim.
Mengurangi pendarahan wanita yang melahirkanJenis kurma basah (rathab) bermanfaat untuk mengurangi pendarahan saat melahirkan. Berkat kandungan hormon oxytocine, proses pengembalian posisi rahim setelah melahirkan juga akan berlangsung lebih cepat.

RAHASIA BESAR WALI ALLAH

RAHASIA BESAR WALI ALLAH:
11 Ciri dan Tanda Bahwa Seseorang Itu ialah Wali Allah
11 Ciri/Tanda Bahwa Seseorang Itu ialah Wali Allah,Berikut ciri dan tandanya:
1. Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah swt.
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya:
"Ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Allah berfirman: "Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingai mereka."
Dari Said ra, ia berkata:
"Ketika Rasulullah saw ditanya: "Siapa wali-wali Allah?" Maka beliau bersabda: "Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah."
2. Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.
Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya:
10 Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu'aim dalam Hilya jilid I hal. 6
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya' dan Abu Nu'aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).
"Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu'adz ibnu Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: "Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu'adz?" Kata Mu'adz: "Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para pelita ilmu."
3. Mereka bertakwa kepada Allah.
Allah swt berfirman:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat"13
Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: "Tanda-tanda kewalian seseorang adalah redha dengan qadha, sabar dengan cubaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah ketika ditimpa bencana."
4. Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.
Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata:
Hadis riwayat Nasa'i, Al Bazzar dan Abu Nu'aim di dalam Al Hilyah jilid I hal. 6
Surah Yunus: 62 - 64
Hadisriwayat.Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104
"Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah." Tanya seorang: "Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?" Sabda beliau: "Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah." Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah yang artinya: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."
5. Mereka selalu sabar, wara' dan berbudi pekerti yang baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa"Rasulullah saw bersabda:
Hadis riwayat Abu Nu'aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5
"Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara' dan berbudi luhur kepada orang lain."
Rasulullah saw bersabda: "Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka." Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: "Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat."
6. Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.
Dari Ibnu Umar ra, katanya:
"Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang."
Rujukan:-
Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya'
Hadis riwayat Abu Hu'aim dalam kitab Al Hilya
Hadis riwayat Abu Nu'aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6
7. Hati mereka selalu terkait kepada Allah.
Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha'i: "Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya.. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da'i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka."
8. Mereka senang bermunajat di akhir malam.
Imam Ghazali menyebutkan: "Allah pernah memberi ilham kepada para siddiq: "Sesungguhnya ada hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. " Tanya seorang siddiq: "Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?" Firman Allah: "Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu. Mereka berdiri, duduk, ruku', sujud untukKu. Mereka rindu dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan: Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?"
Rujukan:-
Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal.. 80
Ihya' Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358
9. Mereka suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Malaikat memberitahu kepadaku: "Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur'an. Mereka suka membaca Al Qur'an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya: "Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu."
10. Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: "Rasul saw bersabda: "Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra' ibnu Malik, salah seorang di antara mereka."
Ketika Barra' memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: "Wahai Barra', sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda: "Andaikata Barra' berdoa, pasti akan terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami." Maka Barra' berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.
Di medan peperangan Sus, Barra' berdo'a: "Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu." Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra' gugur sebagai syahid.
Rujukan:-
Hadis riwayat Abu Nu'aim dalam Hilya jilid I, hal 16
11. Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.
Abdullah ibnu Mas'ud pernah menuturkan:
"Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: "Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan", pada telinga seorang yang pengsan. Maka dengan izin Allah, orang itu segera sedar, sehingga Rasuulllah saw bertanya kepadanya: "Apa yang engkau baca di telinga orang itu?" Kata Abdullah: "Aku tadi membaca firman Allah: "Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan" sampai akhir surah." Maka Rasul saw bersabda: "Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur."
- Hadis riwayat Abu Nu'aim dalam Al Hilya jilid I hal 7

Siapakah sebenarnya wali Allah itu? Apa batasan wali Allah, dan bagaimana caranya bisa menjadi wali Allah? Trmksh


Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ketika disebut kata wali, yang terbayang di benak sebagian besar kaum muslimin adalah orang yang memiliki banyak karamah, mulai kemampuan bisa terbang, berjalan di atas air, jum’atan di Masjidil Haram sementara orangnya di indonesia, shalat di atas pelepah pisang, bisa mengobati orang sakit, memahami berbagai bahasa di seluruh dunia, weruh sak durunge winarah (tahu sebelum diberi tahu) dan seambreg anggapan-anggapan sakti lainnya. Atau bisa dsimpulkan, mereka menganggap wali itu sama dengan orang sakti.
Tidak heran, jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian. Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan.
Pemahaman ini, menjadikan sebagain besar kaum muslimin tidak bisa membedakan siapakah wali Allah dan siapakah yang bukan wali Allah (baca: wali setan). Karena bagi mereka standar wali adalah karamah (baca: kesaktian). Tanpa memperhatikan dari mana sumber karamah itu berasal. Akibatnya mereka mensikapi wali-wali Allah sebagai musuh, sebagaimana sikap mereka terhadap setan. Sebaliknya wali-wali setan disikapi sebagaimana orang shaleh layaknya wali Allah, karena dia punya banyak kesaktian.
Pengertian Wali Allah
Secara bahasa kata al-walii berasal dari kata dasar al-walaayah yang artinya cinta dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walaayah adalah al-‘adaawah yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada Allah disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang dia lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang Pencipta.
Allah ta’ala telah menjalaskan batasan, siapakah wali Allah yang sesungguhnya. Dalam al Qur’an surat Yunus ayat 62-63, Allah telah menjelaskan definisi wali Allah,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”
Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:
والمؤمنون كلهم أولياء الرحمن، وأكرمهم عند الله أطوعهم وأتبعهم للقرآن
“Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al Qur’an. (Aqidah Thahawiyah).
ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir mengatakan:
يخبر تعالى أن أولياءه هم الذين آمنوا وكانوا يتقون، كما فسرهم ربهم، فكل من كان تقيا كان لله وليا
“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/278).
Berdasarkan definisi yang disebutkan pada ayat di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa wali Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Kedekatannya dengan Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada pada dirinya.
Setiap mukmin, berpeluang untuk bisa menjadi wali Allah. Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat, mengikuti ajaran Al-Quran dan sunah sebagaimana yang didakwahkan para sahabat.
Sekali lagi kami tekankan bahwa ‘wali Allah’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesaktian, karamah maupun kejadian-kejadian luar biasa lainnya.
Allahu a’lam

“Kasyaf dari perspektif Islam”.


Oleh Profesor Abdul Hayyi Abdul Syukur dari Universiti Malaya
Dalam tasauf, kasyaf adalah merupakan satu sumber dalil atau ilmu. Ilmu kasyaf merupakan satu anugerah yang bernilai daripada Allah untuk hambanya yang terpilih. Guru-guru tarikat seringkali dikaitkan dengan ilmu kasyaf.
Mengikut Imam Al-Kusyairi “Kasyaf dari segi bahasa ialah terangkatnya hijab”. Mengikut istilah pula ialah “Dapat mengetahui apa yang berlaku disebalik hijab daripada perkara yang ghaib dan tidak diketahui oleh orang lain hakikat sebenar perkara tersebut”. Keujudan kasya ini adalah berbentuk ma’nawi dan tidak dapat dikesan oleh panca indera. Kasyaf berlku dengan cara musyahadah. Seperti dapat melihat roh atau perkara ghaib yang lain. Kasyaf juga boleh berlaku melalui pendengaran seperti Rasulullah s.a.w. mendengar wahyu yang diturunkan oleh Allah yang berbebntuk suara atau bunyi loceng …. Musyahadah atau kasyaf adalah tajalli daripada Allah s.w.t.
Dalam suasana masyarakat yang sering memperkatakan tentang kasyaf terdapat golongan menggunakan kasyaf sebagai sumber untuk mendapatkan pengaruh dan kepentingan tertentu. Ajaran sesat yang terdapat di Malaysia pada keseluruhannya menggunakan kasyaf sebagai salah satu perkara untuk mengekang pengikut mereka supaya taat dan patuh kepada pemimpin ajaran tersebut.
Dalam hal ini Profesor Abdul Hayyi Abdul Syukur dari Universiti Malaya cuba mengulas “Kasyaf dari perspektif Islam”.
Suatu perkara asas yang wajib kita ketahui ialah sumber hukum dalam Islam. Sumber hukum yang utama ialah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Firman Allah yang bermaksud:
“Sekiranya kamu bercanggah dalam sesuatu perkara maka hendaklah kamu kembali kepada Allah dan RasulNya (AL-Quran dan Sunnah)”
Annisa’:59
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:
“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang kamu tidak sekali-kali akan sesat selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya: iaitu Kitab Allah dan sunnah Rasulullah s.a.w.”
(Al-Imam Malik)
Umat Islam tidak akan terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Islam kalau mereka meneliti ayat dan hadis tersebut, kerana ayat dan hadis tersebut merupakan asas utama untuk menjadi rujukan umat Islam. Sumber hukum dan akidah umat Islam tidak boleh lari dari dua sumber hukum tersebut. Setiap keputusan tidak boleh diambil daripada khurafat, mimpi, kasyaf, musyahadah, yaqzah, ilmu bathin dan sebagainya.
Kasyaf merupakan suatu perkara yang tidak boleh dinafikan didalam Islam, ini berdasarkan dalil daripada apa yang berlaku kepada Rasulullah s.a.w., para sahabat, salafussalih dan sebagainya. Ulama’ Ahlussunnah Wal Jamaah sepakat bahawa kasyaf memang ujud dan ia merupakan anugerah daripada Allah Taala kepada hambanya yang terpilih. Mengikut setengah pendapat bahaw kasyaf juga berlaku kepada orang kair. Kasyaf berlaku samada semasa jaga ataupun tidur. Semasa tidur dinamakan ru’yah assadiqah dan semasa jaga dianamakan ilham.
Kita perlu tahu setakat mana kebenaran kasyaf itu, apakah setiap perkara yang dianggap kasyaf itu boleh diterima atau sebaliknya?
Suatu garis panduan telah dinyatakan oleh para dinyatakan oleh ulama’ sejarah sejauh mana kebenaran kasyaf. Sesuatu perkara yang dianggap kasyaf perlu dilihat melalui Al-Quran dan Al-Sunnah. Kalau ianya bertentangan dengan Al-Quran atau Al-Sunnah maka kita wajib menolaknya dan kalau ia tidak bertentangan dengan kedua-dua sumber tersebut kita boleh menerimanya.
Dalam sejarah Islam banyak terdapat kisah yang menunjukan kasyaf ini benar-benar berlaku. Kalau kita perhatikan dalam kitab Hayatus Sahabah oleh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, banyak kisah para sahabat yang mendapat kasyaf. Begitu juga dalam kitab Jami’ Karamatul Aulia’ oleh Al-Nabhani. “Kasyaf merupakan anugerah Allah kepada hambaNya dan ia tidak boleh dilakukan melalui usaha tertentu atau ilmu kasab (secara usaha)”.
Kasyaf terbahagi kepada beberapa jenis, tidak semua kasyaf datangnya daripada Allah. Kasyaf juga datang dari syaitan dan jin. Syaitan yang menjadi musuh manusia sentiasa mencari jalan untuk menyesatkan manusia. Dan antara jalannya ialah perkara ghaib yang dianggap kasyaf.
Oleh itu ulama’ telah menetapkan syarat, untuk menerima kasyaf sebagai sumber ilmu dan hujjah. Antara syarat utamanya ialah: ianya tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah, ijma’ dan qias dan kasyaf juga tidak boleh diterima sebagai sumber hukum atau hujah. Sekiranya kasyaf berhubung dengan waktu sembahyang, tarikh puasa Ramadhan, tarikh hari raya dan sebagainya, kita wajib menolaknya kerana kasyaf seperti ini boleh menyesatkan manusia.
Dinegara kita ilmu kasyaf amat terkenal dikalangan pengamal tarikat tasauf, dan ajaran sesat. Ada setengah ajaran sesat menggunakan kasayaf sebagai batu loncatan untuk mengikat pengikut-pengikutnya supaya patuh dan taat kepada pemimpin. Sebagai contohnya jika derhaka kepada guru, mengikut kasyafnya ia akan ditimpa bala’ atau tidak dijamin masuk syurga.
Dalam hal ini, kita jangan mudah terpengaruh dengan ilmu kasyaf kerana perkara yang berkaitan dengan musibah bala’ yang menimpa seseorang. Dosa atau pahala, syurga atau neraka seseorang itu adalah ketetapan daripada Allah. Penggunaan ilmu kasyaf seperti ini banyak digunakan oleh pengikut Syiah, Bahai, ajaran sesat dan sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan pengaruh dan kedudukan.
Secara umunya kasyaf adalh suatu perkara diluar usaha manusia dan ia merupakan anugerah daripada Allah kepada hambanya yang terpilih.
Walaubaaimanapun kasyaf yang diperolehi perlu ditimbang dengan neraca Al-Quran dan Sunnah, Ijma’ ulama’ dan hukum alam yang lain. Kasyaf juga tidak boleh menjadi sumber hukum atau hujah untuk menentukan kesahihan sesuatu. Kita juga jangan mudah terpengaruh dengan orang yang mendakwa ia mendapat kasyaf. Kerana kasyaf juga datang dari syaitan untuk menyesatkan seseorang dari jalan yang sebenar.
Sumber: Tulisan ahakim@islam.gov.my

Kasyaf: Ilmu Islam yg dilupakan


Kasyaf adalah salah satu karamah atau kelebihan yang diberikan Tuhan kepada hamba-hambaNya yang dikasihiNya. Apa yang ingin disebut di sini adalah kasyaf yang dianugerahkan Tuhan kepada kekasihNya atau waliNya.
Walaupun tidak dinafikan, ada kasyaf yang didapati oleh orang awam, kasyaf sebegitu boleh menipu dan merosakkan diri merka. Kasyaf itu jika tidak dipimpin dan dijaga, nescaya menjadi istidraj kepada mereka.
Bagi wali Tuhan ini, hal-hal kasyaf sebenarnya telahpun dijanjikan Tuhan sepertimana dalam sebuah hadis qudsi,
Allah berfirman yang maksudnya: Orang yang mendekatkan diri kepadaKu, mengerjakan yang fardhu dan yang sunat, sehingga Aku cinta kepada mereka lalu Aku menjadi pendengaran mereka dan Aku menjadi penglihatan mereka.
Kasyaf kepada wali Allah ini ada banyak bahagiannya, seperti berikut:
1) Kasyaf Mata
Mata dapat melihat alam mawara-ul-maddah atau disebut sebagai alam yang seni-seni atau boleh disebutkan sebagai alam di luar kebendaan. Di sini, mata dapat melihat perkara-perkara ghaib seperti malaikat, jin dan syaitan. Kasyaf inilah yang menjadikan orang seperti Sayyidina Umar r.a nampak apa yang sedang berlaku pada tentera-tenteranya. Karamah seperti ini penting kerana dapat menyelamatkan seluruh tentera Islam.
2) Kasyaf Telinga
Kasyaf telinga disebut juga hatif. Telinga boleh mendengar benda-benda yang ghaib. Mendengar suara tetapi tidak nampak lembaganya sama ada dari jin yang soleh, malaikat atau waliullah. Suara itu adakalanya membawa berita gembira, adakalanya berita yang negatif. Tujuannya ialah Allah hendak menghiburkan orang yang mendapatnya. Kalau berita itu berita gembira, boleh menggembirakannya. Sebaliknya, kalau berita itu berita duka, juga akan menggembirakannya kerana dia tahu terlebih dahulu, sekurang-kurangnya dia boleh bersiap menghadapi ujian itu. Atau dia boleh mengelak daripada bahaya itu.
3) Kasyaf Mulut
Tuhan beri kepada orang itu, lidahnya ‘masin’ seperti doanya kabul atau apa yang dia sebut terjadi sama ada jangka pendek atau jangka panjang. Juga, di mana saja dia memberi kuliah, nasihat, tunjuk ajar, berdakwah dan sebagainya, ianya mudah diterima masyarakat dan boleh mengubah hati mereka. Akhirnya berubahlah sikap masyarakat. Karamah seperti ini biasanya dikurniakan kepada pemimpin.
4) Kasyaf Akal
Mendapat ilmu yang seni-seni yang Allah kurniakan pada seseorang terus jatuh ke hatinya. Ini terjadi tanpa dia belajar, tanpa membaca, tanpa mentelaah dan tanpa berguru. Dinamakan juga ilham atau ilmu laduni. Agar tidak terkeliru, perlu diingat orang yang hendak dapat ilmu laduni itu, dia mestilah dahulu ada ilmu asas iaitu ilmu fardhu ain.
5) Kasyaf Hati
Dinamakan juga firasat. Inilah kasyaf yang tertinggi daripada kasyaf-kasyaf yang disebutkan tadi. Biasanya dikurniakan kepada pemimpin. Itupun tidak banyak kerana Allah kurniakan hanya kepada pemimpin-pemimpin yang sangat soleh, yang sangat sabar menanggung ujian yang begitu berat ditimpakan kepada mereka. Kasyaf hati ialah rasa hati atau gerakan hati yang tepat lagi benar. Dia boleh menyuluh mazmumah yang seni-seni yang kadang-kadang kita membaca kitab tak mengerti. Termasuk juga adalah rasa hati dapat membaca diri seseorang. Nabi pernah bersabda, “Hendaklah kamu takuti firasat orang mukmin kerana dia melihat dengan pandangan Allah”. Apa yang dimaksudkan dengan firasat itu ialah kasyaf hati. Orang yang mendapatnya dapat memimpin diri dan dapat memimpin orang lain. Kalau tidak, seorang itu tidak layak jadi pemimpin. Kalau dia terus memimpin rosaknya lebih banyak daripada kebaikan.
Demikianlah yang dapat diceritakan tentang kasyaf. Moga-moga kita mendapat manfaatnya.

Bolehkah kita manusia, berkahwin dan beranak pinak dengan makhluk halus?




Jawapan dari Tuan Guru Dato’ Dr. Haron Din
Seperkara yang jelas kepada kita bahawa makhluk ini wujud dan boleh menyerupai dengan rupa-rupa yang mereka kehendaki dengan izin Allah S.W.T. Persoalan sama ada boleh atau tidak manusia berkahwin dengan makhluk halus dari segi sejarahnya banyak yang kita dengar bahawa Balqis adalah seorang raja di zaman Nabi Sulaiman.
Bapanya manusia dan ibunya daripada jin, ibunya bernama Balqmah binti Saisan.
Dalam sebuah hadis daripada Abu Hurairah, katanya Rasulullah s.a.w pernah berkata bahawa salah seorang daripada ibu bapa Balqis adalah jin. Hadis ini ada dalam Kitab al-Jami’ as-Saghir oleh Imam as-Sayuti.
Tetapi apabila balik kepada masalah hukum, dengan jelas al-Quran, Allah berfirman (mafhumnya),
“Dan Allah telah menjadikan bagi kamu pasangan hidupmu dari jenis kamu juga”. (Surah an-Nahli ayat 72)
Firman Allah (mafhumnya),
“Dan di antara tanda-tanda keagungan Allah dijadikan bagi kamu dari jenis kamu juga, pasangan-pasangan hidup, supaya kamu mendapat ketenangan dengannya dan dijadikan bagi kamu kasih sayang dan rahmat daripada Allah S.W.T.” (Surah ar-Rum, ayat 21).
Kedua-dua ayat ini boleh difahami dengan mudah bahawa pasangan hidup manusia adalah manusia juga. Barulah akan wujud ketenangan, kasih sayang, tambatan hati dan saling percaya mempercayai.
Bayangkan jika kita mempunyai isteri dari kalangan makhluk halus orang lain tidak nampak, kita nampak seorang sahaja, atau mungkin kita pun tidak nampak tetiba kita berselisih faham, bergaduh dan sebagainya, bagaimana akan terjadi kepada rumah tangga kita.
Hadis yang diriwayatkan oleh Yunus bin Yazid daripada Azzubri katanya, Rasulullah s.a.w menegah manusia mengahwini jin.
Berpandu kepada ayat dan hadis saya sebutkan, atas alasan ini jumhur ulama berpendirian, tidak harus mengahwini jin, jika berlaku perkahwinan, maka perkahwinan itu tidak sah. Kalau berlaku perhubungan jenis, mereka berkesedudukan dalam keadaan haram.
Tetapi Imam Malik bin Anas mengatakan perkahwinan itu adalah makruh dan ada ulama yang sependapat dengan Imam Malik.
Namun apapun yang dapat dilihat maka perkahwinan ini suatu yang kudus, yang pasti diketahui syarat sah perkahwinan, yang paling asas adalah agama.
Jika jin itu bukan Islam maka perkahwinan tidak sah. Jika dikatakan jin itu Islam, bagaimana boleh kita pastikan benar-benar bahawa dia Islam, apakah dengan pengakuan mulut yang mengatakan bahawa dia (jin) Islam boleh diterima.
Jika dikatakan jin itu mempunyai keilmuan Islam yang tinggi dan dia beramal dengannya, maka sama juga dengan manusia yang mengkaji Islam, tetapi tidak Islam.
Malah ada kalangan sarjana Barat yang banyak menghafal al-Quran, menghafal hadis dan mengetahui banyak hukum (terutama orientalis), kalau di alam manusia boleh berlaku, maka tidak mustahil di alam jin juga ianya boleh wujud.
Maka jalan yang terbaiklah, kahwinilah dengan manusia, seperti yang disebut Rasulullah, “Kahwinilah perempuan-perempuan manusia, kerana mereka boleh mendatangkan harta.”
Wallahu’alam….